Minggu, 12 Januari 2014

Juventus 3-0 As Roma; bagaikan kucing merindukan Scudetto


Akhir memilukan kucing pemimpi

 tentu saja ini tidak ada hubungannya dengan novel fiksi yang berjudul hampir sama 'sang pemimpi' tapi ini kisah tentang para pemimpi dadakan di dunia nyata. Seperti halnya cerita dalam dongeng-dongeng klasik, begitu yang di alami As Roma di paruh musim ini. Berawal dari
hasil impresif di 10 Giornata awal, di mana Roma berhasil mencatatkan berbagai rekor baru yang di antaranya adalah mematahkan rekor 9 kemenangan beruntun di serie A milik Juventus pada musim 2005/06 dan menorehkan rekor baru dengan 10 kemenangannya sebelum terhenti di Giornata 11 saat di tahan imbang Torino, rekor tersebut juga di barengi dengan catatan 24 gol yang di cetak Roma yang membuatnya menjadi tim paling agresif di 10 Giornata awal, hasil itu di lengkapi dengan catatan hanya kemasukan 1 gol saja. Ruar biasa.

 Ya, luar biasa adalah kata yang tepat untuk menggambarkan performa As Roma di awal musim dan tak salah jika para pecinta bola di seluruh dunia melabeli Roma sebagai penantang utama Scudetto musim ini. Imej ini makin kuat mengingat saat itu Juventus tertinggal 5 poin dari Roma akibat di tahan imbang Intermerda dan kekalahan 'aneh' di Firenze, sementara Roma secara gagah mampu menghancurkan tim-tim kuat lainnya seperti Intermerda, Napoli, dan Fiorentina. Dengan seabreg fakta hebat ini, publik bahkan meramalkan Roma akan mengikuti jejak keperkasaan Juventus di musim pertama kedatangan Conte. Tidak berlebihan memang jika publik punya pandangan seperti itu

 Tapi semua puja-puji akan kehebatan Ksatria Roma sepertinya tak terlihat saat mereka menyambangi tempat para dewa di Turin. Cerita keperkasaan Roma seakan hilang tak berbekas ketika Rizzoli meniup peluit tanda berakhirnya pertandingan, sang Srigala di permalukan dengan tiga gol tanpa balas. Menguap sudah kebanggan sebagai tim paling sedikit kebobolan, kabur sudah agresivitas yang mereka sombongkan di akhir musim.

Jalannya pertandingan 
 Jalannya pertandingan yang banyak di sebut sebagai 'grande partita' atau kalo dalam bahasa kerennya itu Bigmatch hampir benar menggambarkan kehebatan Roma awal musim ini, setidaknya di 10 menit awal Roma menggebrak dan menggempur pertahanan Juve dengan ganas tapi itu semua hanya berlangsung sesaat, seperti biasa, kejutan tak bisa di ulang. Setelah beradaptasi dengan serangan Roma, Pirlo cs. Mulai mengambil alih permainan. Meski terus berusaha mengimbangi serangan Juve, tapi Vidal memberi tamparan keras pada sang tamu. Berawal dari lemparan kedalam Lictsteiner di dekat pojok kanan pertahanan Roma, bola di tunjukkan pada Vidal yang meneruskannya pada Tevez di dalam kotak penalti, dengan cerdiknya Tevez memberikan trik trough pass pendek nan brilian ke samping yang dari belakang berlari Vidal yang dengan cepat mengarahkan bola ke sudut tiang dekat gawang De Sanctis. Gol! 1-0 untuk tuan rumah.

 Jual beli serangan terjadi hingga babak pertama berakhir. Data statistik menunjukkan keunggulan ball possesion Roma, tapi efektivitas serangan tuan rumah jauh lebih berbahaya. Tamu yang awalnya main terbuka dan agresif, perlahan mengubah gaya permainannya menjadi bertahan dan menunggu serangan balik. Ini strategi pengecut yang biasa di terapkan lawan-lawan Juventus selama ini. Saat sang Capolista menguasai bola, semua pemain Roma berada di dalam garis pertahanannya sendiri, menunggu lawan membuat kesalahan dan melakukan serangan balik cepat tapi, tapi, dan tapi... Juventus paham dengan strategi murahan ini, meski mengambil resiko dalam mode serang tapi tetap menyisakan Chiellini, Bonucci, dan Barzagli di belakang sebagai para jendral yang membentengi Buffon. Senjata lain Juventus yang lain tentu saja mentalitas seorang juara. Tetap santai, tidak buru-buru dan tetap menjaga emosi. Mentalitas juara ini yang tidak di miliki sang tamu, meski tim Roma menjanjikan tapi mereka hanya sekumpulan anak muda yang belum mengerti apa itu arti mentalitas juara. Tetap tenang dan tidak terpancing provokasi musuh adalah hal yang belum di punyai tim muda ini, lihat saja bagaimana kalapnya Ljajic yang harus membanting Chiellini karena saking kesalnya tak bisa merebut bola dan insiden kedua saat Ljajic menggila mengejar bola yang terus di mainkan gelandang Juventus, dia menyepak Vidal dengan kesalnya dan kartu kuning dari Rizzoli untuknya. Terjadi ketegangan dan pemain Roma lainnya mulai terpancing.

 Di awal babak kedua, lagi Roma harus tersentak oleh gol kedua tuan rumah. Pjanic yang sedari awal sudah 'panas' mengganjal keras Asamoah di sisi kanan kotak penalti Roma, pelanggaran dan hadiah tendangan bebas untuk Juventus. Pirlo yang menjadi eksekutor sukses mengirimkan bola yang mampu di sambar Bonucci. Tamu kini tertinggal dua gol dan semakin kalap. Saya kira itu sebuah pelanggaran yang nggak perlu mengingat resiko kebobolannya sangat tidak setimpal.

2-0!

 Usai selebrasi 'hamil' Bonucci, kamera menangkap gambar seorang Juventini cilik yang memamerkan gestur provokatif; tangan kiri mengepal dan jari tangan kanan membentuk huruf V yang berarti 2-0!. Saya tersenyum dan teringat kejadian sehari sebelumnya di piala FA, Inggris, ya saya ingat, itu gestur provokatif yang di lakukan Theo Wallcot kepada pendukung Spurs saat Arsenal unggul 2-0. Wallcot yang sedang di tandu ke luar lapangan sambil tersenyum, dia mengejek supporters lawan. Hahaha saya pikir Juventini cilik itu melihat tayangan itu dan menirunya.

 Tertinggal 2-0 membuat kekalapan Roma semakin menjadi, permainan mereka pun semakin kasar dan brutal. Seperti insiden pada menit 75', saat De Rossi melakukan tekel dua kaki pada Chiellini, wasit pun menghadiahinya kartu merah langsung. Semenit berselang, giliran Castan yang di usir wasit usai menepis bola menggunakan tangan dalam sebuah kemelut di depan gawang De Sanctis. Saat insiden ini terjadi, saya jadi ingat wawancara Alm. Sir Bobby Robson yang di ulas Bolavaganza pada edisi 2009. Robson yang menjadi pelatih timnas inggris pada piala dunia 1986 di Meksiko tidak akan melupakan bagaimana timnya di 'kerjai' Maradona. Inggris di singkirkan Argentina lewat gol kontroversial yang melegenda, gol yang di sebut sebagai 'gol tangan Tuhan'. Robson punya definisi sendiri mengenai gol itu "itu bukan gol tangan Tuhan, melainkan gol orang brengsek". Hahaha saat Castan menghalau bola dengan tangannya dan mencoba mengelabui wasit, saya jadi terpikir bagaimana jika Robson adalah pelatih Roma, mungkin dia akan menyebut Castan sebagai orang brengsek yang bodoh karena melakukan cara bodoh yang justru makin merugikan timnya. Kartu merah langsung untuk aksi 'god hand part 2' Leandro Castan plus hadiah penalti untuk Juventus.

 Vucinic yang menjadi algojo Penalti, sukses mengeksekusi gawang Gladiator Roma. 3-0 untuk Juventus. Ini menjadi comeback sempurna untuk Vucinic usai absen beberapa bulan. Hingga akhir laga tak ada lagi gol tambahan, Juventus pun menang seperti biasa. Segala kata-kata sampah dari lawan sebelum pertandingan lenyap sudah, menguap bersama harga diri kucing ibukota.

 Kemenangan dari As Roma mengokohkan posisi Juventus di puncak klasemen dengan poin 49 atau terpaut 8 poin dari As Roma di peringkat kedua dan 11 poin dari Napoli di tempat ketiga. Kemenangan ini juga terasa spesial bagi Chiellini karena ini merupakan laga ke-300nya mengenakan jersey Juventus. Menang 3-0, laga ke-300 untuk si nomor 3, Chiellini. Sempurna. Juga bagi Bonucci yang mencetak gol kedua Juventus, selebrasi 'hamil' dan golnya di dedikasikan untuk menyambut kelahiran anak keduanya.

 Kemenangan ini juga sekaligus menyamai rekor sepuluh kali kemenangan beruntun yang di ukir As Roma di awal musim dan jika bisa menang lawan Cagliari di Giornata 19, maka Bianconieri mencetak sejarah baru dengan 11 kemenangan beruntun congrats.

 Sejauh mana tim Rudi Garcia telah berkembang? Menjadikan performa awal musim saja sebagai acuan tentu kurang lengkap, jawabannya justru bisa di lihat setelah pekan melawan Juventus. Apakah Roma bisa kembali ke jalur kemenangan setelah di gebuk di Turin atau justru melempem mentalitasnya terganggu karena tak mampu bangkit mengatasi tekanan psikis? Jawaban nanti yang akan menjelaskan sejauh mana mentalitas tim asal ibukota ini. We'll see. Jika Roma tidak bisa bangkit dan merespon cepat, bisa jadi pekan depan Napoli menggeser mereka ke peringkat tiga.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Adsense Menu